Image of KONSEP TAHADUTS BIL-NI'MAH MENURUT HAMKA DALAM TAFSIR AL-AZHAR

KONSEP TAHADUTS BIL-NI'MAH MENURUT HAMKA DALAM TAFSIR AL-AZHAR



ABSTRAK

Tahadduts bil-Ni’mah adalah salah satu cara manusia bersyukur atas nikmat Allah karena itu ia perlu menyampaikannya kepada orang lain. Tahadduts bil-Ni’mah adalah istilah yang digunakan dalam mengungkapkan kebahagiaan seseorang atas nikmat yang ia terima sebagai wujud syukur yang mendalam. Perintah untuk menyampaikan nikmat ini ada dalam surat al-Dhuha ayat 11 yang mulanya hanya tertuju kepada Nabi saw. Dalam kaidah ushul fiqh al-amru lir-rasuli amrun li ummatihi (perintah untuk Rasul-Nya juga merupakan perintah kepada seluruh umatnya). Untuk itu perintah ini juga berlaku untuk keseluruhan umat Nabi Muhammad saw.
Untuk mendapatkan pemahaman tentang tahadduts bil-ni’mah penulis menggunakan tafsir al-Azhar sebagai acuan dalam menarik konsep terkait masalah ini. Tafsir al-Azhar adalah salah satu tafsir karya anak bangsa yang ditulis dengan bahasa melayu. Ditulis oleh Buya Hamka, pemilik nama lengkap H. Abdul Malik Karim Amrullah yang ayahnya dijuluki sebagai Haji Rasul. Ia adalah seorang satrsawan, pejuang masa reformasi, seorang tokoh agama, dan penulis. Tafsir ini adalah salah satu karyanya yang paling monumental, ditulis lengkap 30 juz dengan pendekatan sosial kemasyarakatan, dan diselesaikan saat ia dalam tahanan.
Penelitian ini bersifat kepustakaan. Sumber data primernya diambil dari Tafsir al-Azhar karya Abdul Malik Karim Amrullah. Sedangkan, sumber data sekundernya adalah karya-karya Hamka, buku, dan jurnal yang terkait dengan tema pembahasan dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa, dalam memahami konsep tahadduts bil-ni’mah Hamka terlihat berbeda di antara penafsir lain yang mengutamakan penyampaian risalah kenabian dan al-Qur’an. Ia membawa ayat ini pada konteks sosial sehingga terlihat lebih relevan diterapkan di negara Indonesia. Berbeda dengan mufasir klasik yang lebih mengutamakan penyampaian risalah Islam dan al-Qur’an karena pada zaman dahulu hal tersebut memang perlu diperjuangkan. Hamka sebagai mufasir kontemporer mengutamakan penyampaian nikmat materi (harta benda) yang dampaknya bisa dirasakan langsung oleh penerimanya.
Hamka memahami bahwa maksud “dan atas nikmat Tuhanmu, maka sebut-sebutlah” (arti dari ayat ke 11 surat adh-Dhuha). Disebut bukan hanya dengan lisan saja nikmat itu, melainkan dibuktikan dengan perbuatan.Bentuk-bentuk tahadduts bil-ni’mahmenurut Hamka adalah dengan: mendermakan harta, memberi makan fakir miskin, dan membantu mereka yang membutuhkan bantuan.


Ketersediaan

SK201620005.12X1 SUF k c.1PERPUSTAKAAN FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAHTersedia

Informasi Detil

Judul Seri
-
No. Panggil
2X1 SUF k
Penerbit Fakultas Ushuluddin dan Dakwah : Surakarta.,
Deskripsi Fisik
80 hlm., 19 cm.
Bahasa
Bahasa Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
2X1
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subyek
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab

Versi lain/terkait

Tidak tersedia versi lain


Lampiran Berkas



Informasi


DETAIL CANTUMAN


Kembali ke sebelumnyaXML DetailCite this