Detail Cantuman
Advanced Search
ILMU AL QUR'AN DAN TAFSIR
KEPEMIMPINAN DALAM TAFSIR AL-MUNIR KARYA WAHBAH ZUHAILI (Analisis Tafsir Kisah Dzulqarnain Qs. Al-Kahfi: 83-99)
Silvia Irawati, 201111070, Kepemimpinan dalam tafsir al-munir karya wahbah zuhaili (analisis tafsir kisah dzulqarnain Qs. Al-Kahfi: 83-99), Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Ushuluddin dan Dakwah Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta, 2024.
Secara umum, kisah Dzulqarnain adalah salah satu kisah yang tertulis dalam Al-Qur’an. Dalam penafsiran Wahbah Zuhaili sendiri, Dzulqarnain digambarkan sebagai raja yang beriman dan dihormati, yang melakukan perjalanan ke berbagai wilayah untuk menegakkan keadilan. Ketika ia bertemu dengan suatu kaum yang terletak di antara dua gunung, kaum tersebut memohon bantuan untuk melindungi diri mereka dari serangan Ya'juj dan Ma'juj yang merusak dan menindas mereka. Dzulqarnain setuju untuk membantu dengan membangun dinding kokoh sebagai penghalang, namun ia hanya meminta bantuan tenaga dan alat bangunan, tanpa meminta imbalan upah. Dari penafsiran tersebut kita bisa melihat bahwa Dzulqarnain memiliki sikap ikhlas dan tawadhu.
Metode penelitian ini menggunakan metode analisis deskriftif kualitatif. Dengan menggunakan kajian kepustakaan. Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan Tafsir Al-Munir sebagai data primer, dengan objek penelitiannya adalah QS. Al-Kahfi ayat 83-99. Sedangkan data
Hasil penelitiannya, dalam kitab tafsir Al-Munir, Wahbah Zuhaili menjelaskan dalam tafsir QS. Al-Kahfi ayat 83-85 bahwa sekunder berasal dari artikel-artikel, jurnal, tafsir al-Qur'an, buku-buku tentang kisah maupun tulisan-tulisan yang terkait dengan pembahasan. Teori Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Kritis Jurgen Habermas.Dzulqarnain adalah seorang raja yang beriman dan menguasai seluruh dunia beserta penduduknya. Allah memberikan kekuasaan kepadanya dengan berbagai sarana yang memungkinkan Dzulqarnain mencapai tujuannya. Oleh karena itu, ia melakukan perjalanan ke wilayah terbenamnya matahari (barat) dan terbitnya matahari (timur). Relevansi kisah Dzulqarnain terhadap konsep kepemimpinan masa kini terletak pada harapan agar para pemimpin saat ini dapat meneladani sikap kepemimpinan Dzulqarnain. Pemimpin di zaman sekarang diharapkan memiliki keikhlasan dalam menjalankan tugas kepemimpinannya, senantiasa amanah dan bertanggung jawab terhadap wilayah dan masyarakat yang dipimpin. Dari hasil penafsiran di atas, hal penting yang dapat kita ambil dari objek kajian menggunakan pendekatan teori kritis Jürgen Habermas adalah bahwa proses pemahaman sejatinya memerlukan dialog. Menurut Habermas, pemahaman merupakan proses kerja sama yang terjadi antara individu satu dengan individu lainnya secara bersamaan dalam kehidupan yang memiliki tiga aspek utama, yaitu dunia objektif, dunia sosial, dan dunia subjektif. Proses ini menekankan pentingnya komunikasi yang saling menghargai dan bertujuan untuk mencapai kesepahaman Bersama.
Kata Kunci: Kepemimpinan, Kisah Dzulqarnain, Tafsir Al-Munir
Ketersediaan
SK202520017.1 | 2X1 IRA k | PERPUSTAKAAN FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH (2X1) | Tersedia |
Informasi Detil
Judul Seri |
-
|
---|---|
No. Panggil |
2X1 IRA k
|
Penerbit | Fakultas Ushuluddin dan Dakwah : Sukoharjo., 2025 |
Deskripsi Fisik |
69 hal, 30 cm
|
Bahasa |
Bahasa Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Klasifikasi |
2X1
|
Tipe Isi |
Text
|
Tipe Media |
Text
|
---|---|
Tipe Pembawa |
Visual
|
Edisi |
-
|
Subyek |
-
|
Info Detil Spesifik |
-
|
Pernyataan Tanggungjawab |
Silvia Irawati
|
Versi lain/terkait
Tidak tersedia versi lain