Remaja merupakan fase yang berat serta sulit karena pada fase inilah mereka mengalami transisi dari anak-anak menuju dewasa. Keterbatasan yang dimiliki oleh individu dengan disabilitas fisik ini yang menjadi suatu hambatan. Untuk membangun rasa dalam menerima diri dengan baik, Individu dengan disabilitas fisik butuh pendampingan lembaga rehabilias sosial. YPAC adalah salah satu lembaga rehabilitas sosial swasta yang bertujuan untuk melakukan pembinaan terhadap individu dengan disabilitas fisik serta berusaha untuk melakukan pencegahan terhadap timbulnya kedisabilitasan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengungkap makna dari fenomena Konsep Penerimaan diri Remaja dengan disabilitas fisik di Asrama YPAC Kota Surakarta.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan dalam penelitian ini sebanyak tiga dengan karakteristik, Remaja laki-laki dengan disabilitas fisik berusia 15-21 tahun serta memiliki prestasi. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Sedangkan analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis yang dikemukakan oleh Moustakas
Hasil dari penelitian ini bahwa konsep penerimaan diri remaja dengan disabilitas fisik berbeda-beda sebab dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berdasarkan hasil analisis diketahui terdapat kesamaan dalam teori Hurlock dengan hasil penelitian yaitu terdapat sikap percaya diri, menerima kritikan, bersikap jujur, memanfaatkan kemampuan. Sedangkan perbedaan pada aspek dari teori Hurlock ditemukan dalam adanya sikap menilai dan mengoreksi diri, mandiri dan berpendirian, bangga terhadap diri, rasa nyaman. Pada upaya penerimaan diri remaja disabilitas fisik, ditemukan faktor baru yaitu sikap syukur pada diri remaja dengan disabilitas fisik. Dengan sikap syukur yang telah diterapkan mampu mendukung proses penerimaan diri remaja dengan disabilitas fisik.
Kata kunci : Remaja, Disabilitas Fisik, Penerimaan diri