Annisa Kartika Elfara (201141050). Pertukaran Afeksi Antara Ibu dan Anak Autis. Skripsi Psikologi Islam Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta.
Anak autis memiliki hambatan dalam memahami makna pemberian afeksi saat menerimanya, mengakibatkan anak mengalami kesulitan untuk melakukan timbal balik pada pemberian afeksi. Sesuai permasalahan tersebut, ibu dituntut harus menyesuaikan pemberian afeksi sesuai dengan keadaan anak, agar anak tidak merasa terganggu dan dapat tumbuh berkembang. Salah satu tujuan dari pemberian afeksi pada anak autis adalah untuk anak dapat merasakan afeksi walaupun dengan segala keterbatasan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai gambaran pertukaran afeksi antara ibu dan anak autis.
Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Subjek penelitian ini berjumlah 3 ibu dengan anak terdiagnosa autis dengan teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara semi struktur dan observasi. Krebilitas data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber. Analisis data sesuai dengan teori Floyd Kory dengan dibantu teknik IPA (Interpretative Phenomenological Analysis).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi pertukaran afeksi antara ibu dengan anak autis. Afeksi memiliki tiga aspek afeksi yatiu; komunikasi verbal, nonverbal, dan perilaku mendukung sosial. Peneliti menemukan bahwa informan lebih menekankan perilaku mendukung sosial daripada komunikasi verbal dan nonverbal. Meskipun ketiga aspek telah terpenuhi, anak-anak autis kesulitan menanggapi afeksi verbal dan nonverbal. Sebaliknya, perilaku mendukung sosial membuat anak merasa nyaman dan senang. Informan lebih fokus pada perilaku mendukung sosial karena anak-anak membutuhkannya dan sulit memahami komunikasi verbal dan nonverbal. Mereka menunjukkan timbal balik afeksi dengan membantu pekerjaan rumah. Informan memberikan afeksi dengan perasaan tawakal, mencakup aspek lahir dan batin. Secara lahir, mereka menerima kondisi autisme dan mengajarkan ketaatan kepada Allah SWT. Secara batin, mereka fokus pada perawatan saat ini, menyerahkan masa depan kepada Allah SWT sambil memberikan yang terbaik.